Kisah ini diambil dari Kisah Hikmah Majalah Nurul Hayat Edisi Juli 2016, sebuah kisah yang akan menginspirasi kita semua agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi sesuatu, yang akan kita masukkan kedalam tubuh kita, terlebih makanan yang akan berbaur dengan darah dan daging kita, berhati-hatilah saat kita akan memasukkan sesuatu kedalam tubuh kita terlebih dengan cara yang tidak halal. Semoga kita dapat mengambil hikmah dibalik kisah ini
Tak ada yang ragu soal kealiman dan kezuhudan Abu Yazid Al-Busthami. Tokoh sufi ternama abad ke-9 ini termasuk hamba dengan ketaatan yang utuh. Kehidupan Abu Yazid nyaris penuh dengan aktifitas ibadah. Namun ada yang janggal dihatinya ketika bertahun-tahun beribadah tapi ia tak pernah merasakan kenikmatan dan kelezatan ibadah. Mengapa?
Abu Yazid telah berikhtiar maksimal. Totalitas adalah prinsip baginya dalam menghamba kepada Allah SWT. Lalu, kenapa kejanggalan itu terjadi? Pertanyaan ini terus mengganggu pikirannya hingga Abu Yazid menghadap ibunya dan memberanikan diri untuk bertanya “Wahai Ibunda, selama ini aku merasakan tak pernah menemukan manisnya ibadah dan ketaatan. Ingat-ingatlah, apakah ibunda pernah mengkonsumsi makanan haram saat aku masih berada dalam perut atau ketika aku masih menyusu?”
Sang Ibunda diam agak lama. Ia berusaha mengingat-ingat seluruh peristiwa seperti apa yang dikatakan anaknya. “Wahai anakku,” jawab ibu abu yazid kemudian, “Saat kau masih dalam perut, Ibunda suatu kali pernah naik keatas atap. Ibunda melihat sebuah ember berisi keju dan karena berselera Ibunda mencicipinya sedikit. Hanya seujung kuku tetapi yah, tanpa seizin pemiliknya.”
“pasti gara-gara ini,” kata Abu Yazid. Ia lantas memohon kepada ibunya untuk menemui si pemilik keju dan memberi tahu masalah yang terjadi.
Sang Ibunda pun menuruti permintaan Abu Yazid. Mendatangi pemilik keju itu dan menceritakan perbuatannya yang mencuil keju sebesar ujung kuku lalu memakannya.
“Keju itu sudah halal untukmu.” Kata pemilik keju kepada sang ibunda yang segera ia kabarkan kepada anaknya, Abu Yazid Al-Busthami. Sejak saat itu Abu Yazid Al-Busthami dapat merasakan manisnya ketaatan dan beribadah kepada Allah SWT.
Subhanallah.... kisah yang terekam dalam kitab An-Nawadir karya-karya Syeikh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah Al-Quyubi ini memberi pesan tentang pentingnya membersihkan diri dari hal-hal haram, baik dari segi substansi ataupun karena cara memperolehnya. Sudahkah semua barang yang kita makan dan kita manfaatkan didapatkan dari proses yang sepenuhnya halal?
Terputusnya ibadah dari rasa manisnya yang dialami Abu Yazid juga menunjukkan bahwa selalu ada keterkaitan antara penyimpangan perbuatan fisik seseorang dan suasana hatinya. Dan penyimpangan tersebut tak mesti bersumber dari dirinya sendiri, tapi bisa juga dari orang tuanya. Kenyataan ini pula yang memberi peringatan para orang tua agar sangat berhati-hati dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pastikan semua halal, apalagi barang yang akan masuk kedalam tubuh kita dan mengakar bersama darah dan daging kita, In syaallah jika kita memakan dan memperolehnya dengan cara yang halal, keberkahan akan senantiasa menyelimuti hidup kita. Wallahu A’lam bish-Showab
Komentar
Posting Komentar